Dampak Penggunaan Pestisida Berlebih

Halo.... Teman Tani Banua...

Pemakaian pestisida bisa memberikan manfaat dalam sektor pertanian untuk mengendalikan hama, penyakit, dan gulma. Pestisida merupakan bahan kimia yang beracun yang digunakan untuk membunuh hama. Namun, Pemakaian pestisida harus sesuai dosis yang dianjurkan, dan apabila berlebihan dapat mengakibatkan gangguan untuk pertanian itu sendiri. Yukk simak ulasan lebih lengkap..????

Pengertian Pestisida, Jenis, Cara Kerja, Dan Dampak Pengunaan Pestisida

Berdasarkan asal katanya pestisida berasal dari bahasa inggris yaitu pest berarti hama dan cida berarti pembunuh. Yang dimaksud dengan hama bagi petani sangat luas yaitu : tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (cacing yang merusak akar), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.

Menurut peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 Pengertian pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

  1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau hasil-hasil pertanian.
  2. Memberantas rerumputan.
  3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman atau bagia-bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
  4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan peliharaan dan ternak.
  5. Memberantas dan mencegah hama-hama air.
  6. Memberikan atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan, memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Pestisida yang digunakan di bidang pertanian secara spesifik sering disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products) untuk membedakannya dari produk-produk yang digunakan dibidang lain. mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

Pengelolaan pestisida adalah kegiatan meliputi pembuatan, pengangkutan, penyimpanan, peragaan, penggunaan dan pembuangan / pemusnahan pestisida. Selain efektifitasnya yang tinggi, pestisida banyak menimbulkan efek negatif yang merugikan. Dalam pengendalian pestisida sebaiknya pengguna mengetahui sifat kimia dan sifat fisik pestisida, biologi dan ekologi organisme pengganggu tanaman.

A. Jenis Pestisida

Pestisida oleh para ahli dikelompokan untuk mempermudah pengenalanya. Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal bahan aktifnya.

Ditinjau dari jenis organisme  yang menjadi sasaran penggunaan pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:

  1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa mematikan semua jenis serangga.
  2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungsi/cendawan.
  3. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.
  4. Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda.
  5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba.
  6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
  7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu : siput, bekicot serta tripisan yang banyak dijumpai di tambak.
  8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.
  9. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.
  10. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi untuk membunuh ikan.
  11. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi untuk membunuh rayap.

B. Berdasarkan Sifat dan Cara Kerja Racun Pestisida

  1. Racun Kontak, Pestisida jenis ini bekerja dengan masuk ke dalam tubuh serangga sasaran lewat kulit (kutikula) dan di transportasikan ke bagian tubuh serangga tempat pestisida aktif bekerja.
  2. Racun Pernafasan (Fumigan), Pestisida jenis ini dapat membunuh serangga dengan bekerja lewat sistem pernapasan.
  3. Racun Lambung, Jenis pestisida yang membunuh serangga sasaran jika termakan serta masuk ke dalam organ pencernaannya
  4. Racun Sistemik, Cara kerja seperti ini dapat memiliki oleh insektisida, fungisida dan herbisida. Racun sistemik setelah disemprotkan atau ditebarkan pada bagian tanaman akan terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau daun, sehingga dapat membunuh hama yang berada di dalam jaringan tanaman seperti jamur dan bakteri. Pada insektisida sistemik, serangga akan mati setelah memakan atau menghisap cairan tanaman yang telah disemprot.
  5. Racun Metabolisme, Pestisida ini membunuh serangga dengan mengintervensi proses metabolismenya.
  6. Racun Protoplasma, Ini akan mengganggu fungsi sel karena protoplasma sel menjadi rusak.

C. Berdasarkan Bentuk Fisiknya Pestisida dapat berupa

  1. Cair
  2. Padat
  3. Aerosol

 

D. Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi :

  1. Sintetik
  • Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat dan garam merkuri
  • Organik :
  • Organo khlorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.
  • Heterosiklik : Kepone, mirexOrganofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.
  • Karbamat : karbofuran, SPMC, dll.
  • Dinitrofenol : Dinex, dll.

Sumber :

  1. https://nuansatani.com/pengertian-pestisida/

(Afandi, I.,SP, 2019) diakses tanggal 22/5/2022 pada laman http://cybex.pertanian.go.id/ mobile/ artikel/88186/ Pengertian-Pestisida-Jenis-Cara-Kerja-Dan-Dampak-Pengunaan-Pestisida/

2. Hasil alam (biopestisida) : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dll.

Penggunaan pestisida ini sangat luas dalam kehidupan sehari-hari. Pestisida dapat digunakan di lapangan seperti pada sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Di gudang seperti pada komoditi pangan, makanan, arsip, maupun toko. Selain itu penggunaan pestisida juga dapat ditemukan pada tempat-tempat umum seperti hotel, restoran, taman, juga dalam rumah tangga.

Aplikasi pestisida ditingkat petani sering dilakukan secara berjadwal yang dikenal dengan sistem kalender dan sistem PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Dalam sistem kalender, waktu aplikasi pestisida sudah terjadwal, tanpa melihat apakah populasi hama memang sudah pada tingkat merugikan sehingga diperlukan aplikasi atau masih di bawah ambang ekonomi. Dengan kata lain ada atau tidak ada hama aplikasi tetap dilakukan.

Sedangkan aplikasi dengan berlandaskan sistem PHT, aplikasi pestisida dilakukan hanya bila memang terpaksa dilakukan. Pada sistem PHT, monitoring atau pengamatan populasi hama sangat berperan dalam hal menentukan ambang ekonomi untuk pengambilan keputusan dilakukannya pengendalian secara kimiawi.

Dalam aplikasi pestisida ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan yaitu:

    1. Aplikasi pestisida haruslah efisien artinya sesuai dengan kebutuhan.
    2. Efektif artinya aplikasi pestisida haruslah tepat sasaran. Keefektifan ini dapat diketahui dengan evaluasi melalui pengamatan setelah aplikasi. Aplikasi berhasil jika populasi OPT menurun setelah dilakukannya aplikasi pestisida.
    3. Aman, aplikasi haruslah aman baik bagi pelaku/operator maupun bagi lingkungan. Keamanan ini dapat dilihat atau ditentukan dari cara aplikasi.

Efikasi Pestisida

Efikasi pestisida dilakukan untuk melihat keampuhan suatu produk, biasanya pengujian ini dilakukan terhadap produk pestisida yang akan dijual ke pasaran. Penentuan keampuhan suatu produk dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

  • Intrinsik

Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam produk itu sendiri seperti senyawa, OPT sasaran, dosis, konsentrasi, dan formulasi.

  • Aplikasi

Faktor aplikasi diantaranya alat aplikasi, waktu aplikasi, cara aplikasi, cara pencampuran, dan cara penyimpanan.

  • Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik diantaranya sinar matahari, suhu, hujan, dan angin.

Ketepatan Aplikasi Pestisida

Ketepatan suatu aplikasi dapat dilihat dari:

  1. Identifikasi sasaran ( serangga, patogen, gulma).
  2. Jenis Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida, dll)
  3. Dosis/konsentrasi (kebutuhan pestisida)
  4. Waktu Aplikasi (cuaca, sinar matahari)
  5. Cara Aplikasi (alat aplikasi dan keamanan)

(Dadang, MSc.Dr.Ir., 2006) “PENGENALAN PESTISIDA DAN TEKNIK APLIKASI” diakses 22/5/2022 pada laman https://repository.ipb.ac.id/ jspui/ bitstream/ 123456789/ 25654/ 1/ workshop_hama_jarak_pagar-6.pdf

Menurunkan Kesuburan Tanah dan Mencemari Air

Setelah mengetahui perbedaan antara herbisida dan pestisida, akibat penggunaan pestisida dan herbisida yang berlebihan pada tanah akan dibahas disini. Seperti yang telah diberitahu sebelumnya, pestisida dan herbisida merupakan polutan atau racun bagi kelangsungan ekosistem lingkungan, termasuk tanah.

  • Kesuburan Tanah Berkurang

Tanah yang terkena pestisida dan herbisida yang berlebihan dapat kehilangan kesuburannya. Hal ini terjadi karena cacing tanah yang membuat tanah gembur menjadi berusaha untuk menghindari bagian tanah yang terkena pestisida tersebut.

Karena tanah yang kurang subur, penggunaan pupuk pun akan diperbanyak dan hal itu bisa membuat tanah menjadi asam dan tambah tidak subur. Maka dari itu, penggunaan pestisida dan herbisida secara berlebihan dapat merusak tanah dan mengurangi kesuburan tanah.

  • Spesies Punah

Polutan berbahaya yang diterbar di tanah bisa berbahaya dan dapat memicu pada punahnya spesies hewan tertentu seperti cacing yang dapat menyuburkan tanah. Banyak jenis hewan yang bisa keracunan oleh pestisida dan herbisida tersebut dan kemudian mati. Meskipun ada beberapa jenis hewan yang memiliki kekebalan ataupun dapat beradaptasi dengan bahan kimia ini, ingatlah bahwa ketahanan mereka ada batasnya. Jika tidak dihentikan maka bisa berakibat punahnya spesies tersebut. 

  • Peledakan Hama

Penggunaan pestisida dan herbisida dapat meracuni fauna-fauna kecil yang menjadi makanan bagi predator seperti semut, cacing, dan sebagainya. Jika dibunuh dengan zat kimia, maka predator-predator akan kehilangan makanan dan berujung pada kematian karena tidak memiliki makanan yang cukup.

Perlu disimak juga alasan mengapa pemeberantasan hama dengan racun dapat membahayakan predatornya. Tanpa adanya predator, jumlah hama akan meledak dan dapat merusak tanaman pertanian lebih. Dengan jumlah hama yang lebih banyak, tentunya akan membuat para petani untuk menggunakan pestisida dan herbisida yang lebih banyak lagi dan dapat merusak tanah.

  • Mencemari Lingkungan Lain

Telah disebutkan sebelumnya bahwa pestisida dan herbisida kebanyakan tidak mengenai sasaran dengan tepat. Maka dari itu, zat kimia yang masuk ke tanah jauh lebih banyak dan bisa mengalir ke daerah lingkungan yang lain. Bagian tanah yang tercemar oleh pestisida dan herbisida akan semakin luas dan dapat merusak lahan lainnya. Selain itu, zat kimia ini juga bisa menuju ke aliran sungai atau danau yang dibawa oleh air hujan (Yasmanidar, 2019) diakses 22/5/2022 pada laman http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89603/PENGARUH-PENGGUNAAN-HERBISIDA-TERHADAP-KONDISI-LAHAN-/

Pertumbuhan Tanaman tidak Normal

Penggunaan pestisida kimia berlebihan tidak hanya menyebabkan tanaman rusak tetapi membuat pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal. Kondisi seperti kerdil, bercak pada daun, buah banyak yang rusak dan juga adanya perubahan warna pada daun tidak hanya disebabkan oleh kurangnya nutrisi pada tanaman tersebut tetapi bisa juga disebabkan karena penggunaan pestisida yang berlebihan.

Pestisida Kimia Meninggalkan Residu pada Tanaman

Pestisida jenis insektisida dan fungisida sistemik biasanya mengandung bahan kimia sistemik yang mudah terserap tanaman dan disalurkan ke seluruh bagian tanaman untuk melindungi setiap bagian tanaman dari gigitan serangga perusak. Adapun sisa pestisida kimia ini masih akan tertinggal dalam jangka waktu yang lama di dalam tanaman hingga masa panen tiba.

Pestisida golongan organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), dan Endrin.

Melihat dampak yang ditimbulkan oleh pestisida kimia pada manusia maupun lingkungan, banyak praktisi pertanian yang mulai melirik pestisida organik atau upaya pengendalian dini sebelum serangan terjadi. Namun terkadang antara harapan dan realita setelah menggunakan pestisida organik jauh di luar ekspektasi. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan pestisida dibandingkan pestisida kimia.

Pestisida Kimia Menyebabkan Resistensi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Resistensi adalah sifat kebal terhadap bahan tertentu yang diperoleh OPT dari kemampuan adaptasi dan evolusi untuk mempertahankan hidup dari paparan zat kimia. Resistensi hanya terjadi pada penggunaan pestisida kimia saja dan tidak terjadi pada penggunaan pestisida organik. Itulah sebabnya mengapa kini petani semakin sulit untuk mengatasi OPT. Padahal, mereka sudah menggunakan pestisida kimia yang sama dengan yang digunakan petani lain (Soleh, M.I., 2020) DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN "PENGGUNAAN PESTISIDA DALAM PERSPEKTIF PRODUKSI DAN KEAMANAN PANGAN" diakses 22/5/2022 pada laman https://tanamanpangan.pertanian.go.id/detil-konten/iptek/16


#dinastphprovkalsel

Artikel Terbaru: