Standard Post with Image

Rapat Koordinasi Kepala Dinas Lingkup Pertanian se Kalsel dan Panen Padi Apung

dinaspkp.provkalsel. Barito Kuala. Rapat Koordinasi Kepala Dinas Lingkup Pertanian se Kalsel.


--
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan melaksanakan agenda bulanan berupa Rapat Koordinasi dengan Kepala Dinas lingkup Pertanian kab/kota (Rabu/17/5/2023).


Acara dilaksanakan di Aula Selidah SETDA Kabupaten Barito Kuala.

---
Agenda acara adalah evaluasi terhadap program dan kegiatan Pertanian dan Ketahanan Pangan dilanjutkan dengan acara Panen Raya Padi Apung di Kecamatan Jejangkit.




 

dinaspkp.provkalsel. Barito Kuala, Panen Raya Padi Apung.


Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan Ir. H. Syamsir Rahman, MS beserta jajaran dan Kepala Dinas lingkup Pertanian Kab/Kota se Kalsel melaksanakan Panen Raya Padi Apung di Kecamatan Jejangkit Kabupaten Barito Kuala, setelah pelaksanaan rapat koordinasi (Rabu/17/5/2023).

---
Petani sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kegiatan pengembangan padi apung yang dilaksanakan di wilayah mereka dan berharap pengaflikasian teknologi ini dapat dilakukan dalam skala yg lenih luas lagi. Peningkatan produksi padi melalui kegiatan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani.


Update seputar Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, silakan follow :



 

 

Hasilkan 6 Ton Per Hektar, Padi Apung Diklaim Potensial di Batola

 

Oleh Bastian Alkaf Rabu, 24 Mei 2023 21:31 WITA


apahabar.com, MARABAHAN - Meski sebatas percontohan, penanaman padi apung di Barito Kuala (Batola), tampaknya cukup menjanjikan.

Indikatornya adalah hasil panen yang dilakukan di salah satu proyek percontohan di Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit, Rabu (17/5) lalu. Dalam proyek percontohan tersebut, Batola memperoleh bantuan 500 styrofoam yang tersebar di beberapa desa di Jejangkit dan Mandastana.

"Hasil panen padi apung di Batola mencapai 6 ton per hektar," papar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman, Rabu (24/5). "Itu tidak begitu jauh dengan hasil padi apung di Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Selatan sebanyak 7 ton per hektar," imbuhnya. Selain hasil yang cukup bagus, padi apung dapat menjadi solusi lahan terdampak banjir.

 

Diketahui sebagian besar petani di Jejangkit sudah dua kali mengalami gagal tanam, setelah lahan pertanian mereka ditenggelamkan banjir.

"Selain solusi lahan yang tergenang banjir, petani dimungkinkan melakukan tanam dua kali setahun," tegas Syamsir.


"Ketika musim kemarau normal, mereka dapat menanam secara konvensional. Sementara andai lahan tergenang banjir akibat cuaca ekstrem, petani bisa memanfaatkan padi apung," sambungnya.

Pun inovasi padi apung diklaim mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pertanian (Kementan) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

"Terlebih Kalsel sudah banyak kehilangan lahan pertanian akibat pertumbuhan perumahan dan kebutuhan infrastruktur lain," tukas Syamsir.

 

Efesien

Disamping memungkinkan petani melakukan tanam dua kali setahun, padi apung juga dinilai efesien tenaga dan waktu.

"Petani tidak perlu mengolah lahan untuk penanaman padi apung," sambung Murniati, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Batola.

"Kemudian penggunaan pupuk dan kapur lebih efesien, karena hanya disebar di pot. Sementara pembersihan gulma juga lebih sedikit," imbuhnya.

Sementara peluang keberhasilan juga bagus, karena padi apung yang baru dipanen di Sampurna merupakan varietas lokal.

"Kalau varietas unggul, bisa mencapai mencapai 12 ton per hektar. Artinya masih tersedia solusi untuk mempertahankan Batola sebagai sentra padi, sekaligus menekan inflasi," yakin Murniati.


"Berkaca dari hasil di Jejangkit, kami sedang berusaha mendapatkan bantuan dari Kementan dan DPKP Kalsel untuk memperbanyak program padi apung di Batola," tambahnya.

Salah satu sasaran bantuan itu adalah pengadaan styrofoam dan pot yang masih menjadi media tanam terbaik padi apung, karena dapat bertahan sekitar tiga tahun.

"Selain styrofoam dan pot, kami mencoba memanfaatkan bahan lain. Seperti bambu dan jeriken untuk menggantikan styrofoam. Kemudian memanfaatkan botol bekas air mineral sebagai pot," jelas Murniati.

"Meski tidak sekuat styrofoam dan pot, setidaknya bahan-bahan pengganti itu lebih murah dan dapat langsung dipraktikkan petani," pungkasnya.



Artikel ini telah tayang di Apahabar.com Banjarmasin dengan judul: Hasilkan 6 Ton Per Hektar, Padi Apung Diklaim Potensial di Batola

 

by humas